فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS az-Zalzalah [99]:7)
Prof.
M. Quraish Shihab menerangkan bahwa tidak ada amal kecil di akhirat
nanti. Amal sekecil apa pun menurut kita di dunia ini akan menjadi
berita besar (Naba’). Oleh karena itu arti kata “Nabi” adalah pembawa
berita besar.
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ . عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita besar (QS an-Naba' [78]: 1-2)
Di tafsir Ibnu Jarir ath-Thabary, ada beberapa pendapat mufassir tentang maksud “Berita besar,” yaitu:
1. Al-Qur'an: أريد به القرآن
2. Kebangkitan setelah mati: وهو البعث بعد الموت
3. Hari Kiamat: يوم القيامة
Berikut ini hal-hal yang menunjukkan bahwa amal sekecil apa pun menurut kita, mempunyai dampak yang sangat besar:
1. Kisah wanita tuna susila yang diampuni dosanya karena memberi minum anjing yang sedang kehausan.
غُفِرَ
لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ
قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ
بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
Telah
diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang
menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, "Anjing ini hampir
mati kehausan". Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan
kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena
memberi minum. (HR Bukhari)
أَنَّ
امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِي يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ
قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنْ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا
فَغُفِرَ لَهَا
Pada
suatu hari yang sangat panas seorang wanita tuna susila melihat seekor
anjing, anjing tersebut mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan
lidahnya karena kehausan, maka kemudian wanita tersebut mencopot
sepatunya dan memberi minum anjing tersebut. Allah pun kemudian
mengampuni dosa-dosanya. (HR Muslim)
2.
Kisah di kitab “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah” karya Syaikh Muhammad bin
Abu Bakar tentang Sahabat Umar bin Khattab ra. dan seorang anak kecil.
Suatu
hari Sahabat Umar Bin Khattab ra. berjalan menyusuri lorong-lorong
Madinah. Sampailah beliau di suatu tempat di mana ada seorang anak
sedang memegang seekor burung emprit (‘ushfûri) dan memainkannya.
Sahabat
Umar ra. tak tega melihat kondisi burung yang nampak ingin terbang
bebas tanpa himpitan tangan si anak. Oleh karena rasa kasih sayang
terhadap sesama makhluk Allah, maka dibelilah burung itu, lalu
dilepaskan.
Suatu
ketika—setelah Sayyidina Umar bin Khattab meninggalkan dunia fana
ini—banyak ulama bermimpi bertemu beliau. Para ulama bertanya tentang
keadaan beliau,
“Apa yang telah Allah perbuat padamu, wahai Sahabat Umar?”
“Allah telah mengampuniku dan mengesampingkan siksaan untukku,” jawab Sahabat Umar.
“Hal apakah yang membuatmu diperlakukan demikian? Apakah karena kedermawananmu? Atau karena keadilanmu? Ataukah karena kezuhudanmu?”
“Ketika
kalian meletakkan aku ke dalam liang lahat, menutupinya dengan tanah,
lalu meninggalkan aku sendiri, datanglah dua malaikat yang membuatku
ketakutan. Mereka memegangku, mendudukkanku kemudian hendak menanyaiku.
Tiba-tiba aku mendengar Allah berseru kepada para malaikat,
‘Janganlah kalian membuat takut hamba-Ku karena Aku meyayanginya. Sesungguhnya ia telah menyayangi burung emprit tatkala di dunia, maka rahmat-Ku terlimpah kepadanya.’”
Wallâhu a‘lam bish shawâb.
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Allah
menyanyangi orang-orang penyayang. Sayangilah seluruh makhluk di muka
bumi, niscaya seluruh penghuni langit akan menyayangimu. (HR Abu Daud, Ibnu Abi Syaibah, Thabrani dan Tirmidzi)
3.
Prof. Quraish Shihab menceritakan bahwa suatu ketika Imam Ghazali
ketika menulis, lalu ada lalat meminum tinta beliau. Beliau bersyukur
karena peristiwa ini terjadi. Beliau menyatakan bahwa mungkin amal
inilah yang akan menyelamatkan beliau di alam berikutnya.
Al-Ghazali
menasihatkan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, “Janganlah engkau menghina
ketaatan sekecil apa pun hingga membuat engkau tidak mengerjakannya, dan
kemaksiatan sekecil apa pun hingga membuat engkau tidak
meninggalkannya. Seperti wanita pemintal yang malas untuk memintal
benang, karena ia hanya mampu mengerjakan satu benang saja dalam satu
jam, dan ia berkata, ‘Apa manfaatnya satu benang itu? Kapan akan dapat
menghasilkan satu baju?’ Ia tidak menyadari bahwa seluruh baju di dunia
ini diciptakan dari satu benang dengan benang lainnya, dan seluruh dunia
yang luas ini disusun dari atom-atom kecil. Maka, berdoa dengan
menangis dan istighfar dengan hati adalah kebaikan yang tidak akan
sia-sia di sisi Allah SWT.”
Dalam keseharian, berikut ini contoh ibadah yang terlihat kecil/sederhana bagi kita sehingga sering terabaikan:
1.
Bila lampu lalu lintas berwarna merah, maka kita harus berhenti. Bahkan
ada yang menerangkan bahwa saat lampu kuning kita siap-siap berhenti,
bukan melaju kendaraan sekencang mungkin.
Janganlah
kita memotong hak orang lain Mungkin ada yang sedang tergesa-gesa,
misalnya ada keluarga yang sakit, memenuhi undangan penting, menuju
bandara atau lainnya.
2.
Kalau ada mobil/motor hendak belok kanan kemudian menyalakan lampu
riting/sein kanan, kita lewat sebelah kirinya bila ingin
melewati/mendahului, bukan menyalip lewat kanan, karena mobil/motor
tersebut mau belok kanan.
Kejadian
ini beberapa kali penulis alami. Saat penulis mau belok kanan sambil
menyalakan lampu sein kanan, ternyata pengendara motor di belakang
penulis malah menyalip dari kanan. Kondisi ini tentu menyulitkan kedua
belah pihak. Anehnya, pengendara tersebut marah-marah kepada penulis.
Sungguh, pemahaman bahwa sesama muslim bersaudara, agar kita menghormati
orang lain dan sejenisnya hanya ada di masjid dan pengajian. Adakah
pemahaman tersebut masih ada di jalan raya?!
3.
Di toilet umum, bila ada yang buang air kecil tapi belum disiram, kita
siram saja supaya orang lain tidak terganggu. Tidak perlu mengomel,
cukup tindakan. Tapi, bila kita yang buang air, jangan lupa disiram.
4. Membuang sampah di tempat yang disediakan.
Penulis yakin kita bisa menambah daftar tersebut sampai berpuluh-puluh baris.
Mungkin
kita membantah dengan beragumen, “Tapi kan, saya sudah shalat wajib,
shalat tahajud, puasa, baca Al-Qur'an, sedekah dan berbagai ibadah lain.
Cukuplah itu semua untuk tabungan di akhirat nanti. Jadi wajar kalau
amal-amal kecil seperti yang dicontohkan tidak saya kerjakan.”
Coba kita jawab pertanyaan berikut ini:
“Apakah malaikat pernah mengabari kita bahwa semua ibadah kita diterima oleh Allah?”
“Apakah malaikat pernah memberi tahu kita bahwa dosa kita telah diampuni-Nya?”
Tidak ada yang tahu apakah segala macam ibadah yang kita kerjakan diterima oleh Allah atau sebaliknya.
Tidak ada yang tahu mana di antara amal ibadah kita yang akan menyelamatkan kita.
Jika
memang amal yang terlihat remeh-temeh menurut kita tak perlu
dikerjakan, lantas buat apakah Allah berfirman seperti di QS az-Zalzalah
[99]:7? Buat apakah Imam Ghazali memberi nasihat agar jangan meremehkan
amal sekecil apapun sehingga kita tidak melaksanakannya? Buat apa para
ulama melakukan amal-amal yang tampak kecil sedangkan beliau-beliau
senantiasa menunaikan ibadah-ibadah wajib dan sunnah secara istiqamah?
Dengan kenyataan ini, apakah kita masih meremehkan amal-amal yang terlihat kecil menurut kita?
Daftar Pustaka:
- Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâlits
- Muhammad bin Abu Bakar, asy-Syaikh, “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah”
- SUmber : sumber tulisan
0 comments:
Posting Komentar