Di Indonesia sendiri ada topi khas yang bernama ‘peci’. Dan begitu
populer di Indonesia yang biasa dipakai untuk shalat, berpidato atau
untuk memakainya sehari-hari, apalagi peci sering dipakai oleh
Proklamator Bangsa, Ir. Soekarno. Tapi tahukah anda darimana asal Peci
tersebut ?
Dan yang menjadi pertanyaan di benak anda, “dari manakah asalnya dan
kenapa begitu populer dan kenapa banyak orang yang memakainya
sehari-hari dan juga untuk shalat ? ” . Mungkin di benak anda terlintas
pemikiran seperti itu.
Mungkin inilah jawaban dari sekian pertanyaan anda :
Sejarah Awal Peci
Peci sendiri berasal dari Turki, di Turki topi Fez ini juga dikenal
dengan nama ‘fezzi’ atau ‘phecy’ atau kalau lidah orang Indonesia
menyebutnya dengan Peci. Jika dirunut ke belakang, topi Fez ini berasal
dari budaya Yunani Kuno dan diteruskan oleh budaya Yunani Byzantium.
Ketika Turki Ottoman mengalahkan Yunani Byzantium (Anatolia) maka
Turki Ottoman mengadopsi budaya penggunaan topi fez ini terutama ketika
pemerintahan Sultan Mahmud Khan II (1808-1839). Peci yang dibawa dari
Turki membawa pengaruh budaya yang besar apalagi di Asia Tenggara
sendiri, beberapa negara juga mengenal peci seperti Malaysia, Singapura
dan Brunei.
Di Thailand peci disebut songkok. Lain halnya dengan di Mesir, Peci
disebut tarboosh dan di Asia Selatan (India dan sekitarnya) disebut
Romap Cap/Rumi Cap yang artinya Topi Romawi. Namun, ada yang mengatakan
bahwa Peci hasil modifikasi dari sorban Arab dengan blangkon dari Jawa.
Peci sendiri mulai menyebar di rumpun Melayu pada abad ke-13, seiring
dengan perkembangan Islam di Nusantara.
Kenapa Jadi Ikon Nasional dan Begitu Terkenal di Indonesia ?
Peci memang khas umat Islam, tapi patut diingat peci juga ikon
nasional. Siapa pun berhak memakai peci sebagai lambang identitas
Indonesia. Inilah yang digagas oleh Soekarno, sang Founding Father
negeri ini.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang penulis Cindy Adams menuturkan kisahnya begini…
Pemuda itu masih berusia 20 tahun. Dia tegang. Perutnya
mulas. Di belakang tukang sate, dia mengamati kawan-kawannya, yang
menurutnya banyak lagak, tak mau pakai tutup kepala karena ingin seperti
orang Barat.
Dia harus menampakkan diri dalam rapat Jong Java itu, di Surabaya,
Juni 1921. Tapi dia masih ragu. Dia berdebat dengan dirinya sendiri.
“Apakah engkau seorang pengekor atau pemimpin?” “Aku seorang pemimpin.”
“Kalau begitu, buktikanlah,” batinnya lagi.
“Majulah. Pakai pecimu. Tarik nafas yang dalam! Dan masuklah ke ruang
rapat… Sekarang!” Setiap orang ternganga melihatnya tanpa bicara.
Mereka, kaum intelegensia, membenci pemakaian blangkon, sarung, dan peci
karena dianggap cara berpakaian kaum lebih rendah.
Dia pun memecah kesunyian dengan berbicara: “Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia.
Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh
bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita
tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia
Merdeka.” Itulah awal mula Soekarno mempopulerkan pemakaian peci. Karena
itulah Bung Karno lalu memperkenalkan pemakaian peci yang kemudian
menjadi identitas resmi.
Dan karena popularitas Soekarno-lah sehingga kemudian pemakaian peci
begitu memasyarakat di Indonesia. Jadi, kalau dahulu warga Indonesia
dikenali di luar negeri dengan ciri khas pecinya, kenapa sekarang tidak?
Tidak perlu takut akan di klaim oleh negara tetangga. Peci adalah salah
satu simbol yang juga menjadikan Indonesia terkenal di dunia dalam
sejarah panjang negeri ini.
Semoga dengan warisan budaya berupa peci dan orang yang memakainya
memaknai bahwa dia benar-benar orang indonesia yang punya harkat dan
martabat tinggi di mata bangsa lain dan terutama di mata bangsa sendiri.
Sumber :
sangpencerah.com